Skip to Content

Korelasi Industri Halal Dan Sustainability: Mengembangkan Keberlanjutan Dalam Ekonomi Berbasis Halal

Akhir-akhir ini, industri halal dan keberlanjutan (sustainability) telah menjadi dua isu penting yang mendapatkan perhatian global. Industri halal, yang meliputi makanan, minuman, pariwisata, kosmetik, farmasi, dan sektor-sektor lainnya, terus berkembang dengan pesat di berbagai negara. Di sisi lain, sustainability menjadi fokus utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang seimbang dengan memperhatikan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi jangka panjang.

Pengertian Industri Halal dan Sustainability

Sebelum membahas lebih lanjut korelasi antara industri halal dan sustainability, mari ketahui terlebih dahulu apa itu definisi dari kedua konsep tersebut. 

Definisi Industri halal merujuk pada sektor ekonomi yang berfokus pada produksi, penjualan, dan distribusi produk dan layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Istilah “halal” berasal dari bahasa Arab yang berarti “diperbolehkan” atau “halal secara syariat”. 
Dalam konteks industri, halal mengacu pada barang dan jasa yang diproduksi dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam syariat Islam, seperti pemrosesan yang sah, penggunaan bahan-bahan yang halal, dan penghindaran dari bahan-bahan yang diharamkan, seperti unsur babi dan alcohol.

Adapun sustainability sering direpresentasikan melalui kerangka SDGs (Sustainable Development Goals):yang juga dikenal sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kerangka ini ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di tingkat global. SDGs terdiri dari 17 tujuan yang saling terkait, yang ditetapkan pada tahun 2015 sekaligus langkah menggapai aspirasi Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Korelasi Industri Halal dan Sustainability (Keberlanjutan)

Ketika membahas korelasi antara industri halal dan sustainability, penting untuk melihat bagaimana dua konsep ini saling mendukung dan berkontribusi satu sama lain. Pertama, industri halal memiliki landasan yang kuat dalam keberlanjutan lingkungan. Prinsip-prinsip halal mendorong perlindungan dan pengelolaan yang baik terhadap sumber daya alam, termasuk hewan, tumbuhan, dan lingkungan di sekitar kita. Ini berarti industri halal berkomitmen untuk melindungi keanekaragaman hayati, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menggunakan sumber daya secara efisien.

Selanjutnya, industri halal juga berperan dalam keberlanjutan sosial. Prinsip-prinsip halal mencakup etika dan tanggung jawab sosial dalam proses produksi, yang melibatkan kesejahteraan pekerja, hak-hak konsumen, dan partisipasi masyarakat yang adil. Industri halal yang berkelanjutan harus memastikan bahwa pekerja diperlakukan dengan adil, hak-hak konsumen dilindungi, dan masyarakat setempat terlibat secara positif dalam kegiatan perusahaan.

Selain itu, industri halal juga memiliki potensi untuk mendukung keberlanjutan ekonomi. Peningkatan permintaan global terhadap produk halal telah menciptakan peluang bisnis baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan meningkatnya jumlah konsumen yang mencari produk halal, ada peluang untuk mengembangkan rantai pasokan yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dalam komunitas yang terlibat.

Tantangan Industri Halal dan Sustainability 

Namun, ada juga tantangan yang perlu diatasi untuk mengoptimalkan korelasi antara industri halal dan sustainability. Pertama, perlu adanya standar yang jelas dan terukur untuk menilai tingkat keberlanjutan industri halal. Standar ini harus mencakup aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam siklus hidup produk halal. Selanjutnya, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil diperlukan untuk mengembangkan kebijakan dan inisiatif yang mendukung pertumbuhan industri halal yang berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah memainkan peran penting dalam menciptakan kerangka kebijakan yang kondusif dan mendorong investasi.

Kehalalan pada End to End Supply Chain dan Produk

Idealnya, dalam industri halal, semua proses dalam rantai pasokan (supply chain) dan produknya harus memenuhi persyaratan halal sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Ini berarti bahwa seluruh tahap produksi, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, transportasi, dan distribusi harus mematuhi standar dan pedoman yang ditetapkan dalam syariat Islam.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memastikan ke-halal-an end to end supply chain dan produk dalam industri halal meliputi:

1. Sumber Bahan Baku: Bahan baku yang digunakan harus berasal dari sumber yang halal, baik itu bahan makanan, bahan kimia, atau bahan lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

2. Proses Produksi: Semua tahap produksi harus dilakukan dengan mematuhi prinsip-prinsip halal. Pemrosesan harus dilakukan menggunakan peralatan yang bersih dan bebas dari kontaminasi bahan-bahan haram. Penggunaan bahan tambahan, bahan pengawet, dan bahan lainnya juga harus sesuai dengan persyaratan halal.

3. Sertifikasi dan Pengawasan: Penting untuk mendapatkan sertifikasi halal dari lembaga yang terpercaya. Lembaga sertifikasi halal akan memeriksa dan mengaudit seluruh proses produksi, penyimpanan, dan distribusi untuk memastikan kepatuhan terhadap standar halal.

4. Pengemasan dan Labeling: Produk harus dikemas dengan benar dan harus ada informasi yang jelas mengenai kehalalan produk, termasuk logo halal, label bahan, dan informasi penting lainnya bagi konsumen.

5. Distribusi dan Penyimpanan: Penyimpanan dan distribusi produk harus memastikan terpisahnya produk halal dengan produk yang tidak halal untuk menghindari kontaminasi silang. Transportasi produk juga harus dilakukan dengan memperhatikan kebersihan dan kehalalan.

Penting untuk diingat bahwa kepatuhan terhadap prinsip-prinsip halal harus menjadi fokus utama dalam seluruh rantai pasokan dan produk industri halal. Proses pengawasan dan audit yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa standar halal dipatuhi secara konsisten dan bahwa konsumen dapat memiliki keyakinan dalam kehalalan produk yang mereka beli.

Industri Halal pada Industri Daging Sapi

man in red and white polo shirt holding stainless steel fork

Korelasi antara industri halal dalam konteks makanan, khususnya produksi daging sapi, dengan SDGs dapat bervariasi tergantung pada sejauh mana industri tersebut memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang dijelaskan dalam SDGs. Beberapa aspek yang dapat menjadi pertimbangan antara industri halal daging sapi dan SDGs adalah sebagai berikut:


1. SDGs dan Industri Halal Daging Sapi:

   – SDG 2 (Pemberantasan Kelaparan): Industri halal daging sapi dapat berkontribusi pada tujuan ini dengan menyediakan pangan yang aman dan halal bagi konsumen, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi.

   – SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan): Jika industri halal daging sapi memastikan bahwa sapi yang digunakan sehat dan diolah dengan standar kebersihan yang tinggi dan dengan sanitasi yang rutin, ini dapat mendukung tujuan kesehatan dan kesejahteraan manusia.

2. End to End – Halal dan Tayyib:

   – Tayyib merujuk pada prinsip halal yang juga mempertimbangkan kebersihan, kesehatan, dan kualitas produk. Jika industri halal daging sapi menerapkan prinsip end to end halal dan tayyib, ini dapat berkontribusi pada aspek-aspek kebersihan, sanitasi, dan kualitas pangan yang sesuai dengan SDGs terkait kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.

3. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GHG) dari Metana:

   – SDG 13 (Tindakan Terhadap Perubahan Iklim): Sapi ruminansia, termasuk sapi, menghasilkan metana sebagai produk sampingan dari pencernaan mereka, yang merupakan gas rumah kaca yang berpotensi merugikan lingkungan. Industri halal daging sapi dapat berkontribusi pada tujuan ini dengan mengadopsi praktik yang berkelanjutan dalam pemeliharaan sapi, seperti manajemen pakan yang lebih baik, untuk mengurangi emisi metana dan dampak perubahan iklim.

Industri Halal pada bidang lainnya

Namun bagaimana dengan industri halal pada bidang lainnya, apakah sudah sejalan dengan konsep SDGs? Sebut saja, ada industri lain seperti kosmetik. Korelasi antara industri halal tersebut dan SDGs dapat melibatkan aspek-aspek berikut:

– SDG 12 (Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab): Industri kosmetik halal yang mempertimbangkan keberlanjutan dalam bahan baku, pengemasan, dan praktik produksi dapat mendukung tujuan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Pemerintah dan lembaga KNEKS (Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah) yang terlibat dalam mengembangkan industri halal dan mendorong implementasi SDGs di industri lain, memiliki peran penting dalam memastikan adanya korelasi yang positif antara industri halal dan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Kesimpulan

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa industri halal dan keberlanjutan saling berkaitan dan dapat saling mendukung. Industri halal memiliki landasan yang kuat dalam keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Prinsip-prinsip halal mendorong perlindungan lingkungan, etika sosial, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Melalui pengembangan industri halal yang berkelanjutan, kita dapat menjaga kelestarian lingkungan, memastikan kesejahteraan sosial, dan menciptakan lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi yang inklusif. 

Namun, tantangan di atas seperti standarisasi keberlanjutan dan kolaborasi lintas sektor tetap perlu diatasi. Dengan mengatasi tantangan ini, kita dapat memaksimalkan potensi industri halal sebagai motor penggerak untuk pembangunan yang berkelanjutan, menciptakan manfaat positif bagi masyarakat, dan melindungi planet kita untuk generasi mendatang.


Selebihnya, pelajari lebih lanjut tentang halal industry dalam literasi keuangan Islam dengan bergabung bersama iBantu Academy.


in May
Korelasi Industri Halal Dan Sustainability: Mengembangkan Keberlanjutan Dalam Ekonomi Berbasis Halal
Ganjar Primambudi November 20, 2024
Share this post
Tags
Archive
Indonesia: The World’s Most Generous Country and Its Challenges in Islamic Philanthropy